PENYESALAN BERKEPANJANGAN KARENA PANDANGAN

PENYESALAN BERKEPANJANGAN KARENA PANDANGAN

[Transkrip Faidah Al-Ustadz Muhammad bin Umar As-Sewed hafizhahullahu ta'ala]

Dikatakan dalam sebuah syair,

"ENGKAU, kapan engkau utus pandangan matamu sebagai utusan. Utusan dari hatimu, maka pada suatu hari akan melelahkan kamu sendiri. Engkau melihat sesuatu yang tidak bisa engkau lihat seluruhnya. Engkau hanya bisa melihat sebagiannya saja."

Kadang melihat hitam saja karena jilbabnya masya Allah hijab syar’i, penasaran. Matanya masya Allah, penasaran. Ingin lihat wajahnya, melihat wajahnya masya Allah, penasaran. Bagaimana rambutnya, melihat rambutnya masya Allah, penasaran. Ingin lihat, ingin lihat, ingin lihat. Dan demikian seterusnya.

Engkau melihat sesuatu yang engkau tidak mampu melihat seluruhnya. Tidak mampu melihat seluruhnya kecuali istrimu setelah kau nikahi. Engkau tidak akan bisa melihat seluruhnya dan tidak pula engkau sabar untuk tidak melihat bagian yang lain.

Tersiksa atau tidak tersiksa? Melihat tapi dapatnya sedikit. Pingin lihat yang sana tidak bisa. Ingin lihat bagian yang ininya, bagian yang itunya tidak bisa. Maka kamu gelisah, ingin melihat yang tadi, dan tidak sabar. Demikian keadaan orang yang melepaskan pandangannya kepada yang haram.

Kalau saja hati ini menahan utusannya: Jangan, jangan pandang. Palingkan wajahmu. Kalau saja hatinya selamat (sehat), utusannya tidak diperintahkan untuk melihat, untuk menyingkap, maka hatinya akan tenang, akan tentram. Tentram, tidak punya keinginan, tidak punya penasaran, tidak punya kerinduan, tidak punya keinginan-keinginan kepada yang haram. Akan tentram hatinya.

Barangsiapa yang mengumbar pandangannya, yang melepas pandangannya ke sana ke mari niscaya penyesalannya akan berkepanjangan. Kenapa demikian? Karena yang namanya PANDANGAN AKAN MEMBUAHKAN KESUKAAN.

[JazaakiLlaahu khairon kepadamu yang telah mentranskrip faidah ini, semoga dapat menjadi nasihat bagi kita semuanya]

Dakwah di Twitter: @SofyanRuray
PIN BB 2: 26355FA6

Thanks for reading & sharing ENDI NUGROHO